Apakah yang
terjadi tatkala kita bertemu dengan orang-orang yang mempunyai persamaan
dalam hal tertentu misalnya hobi, karakter, sifat, atau kefavoritan
seperti klub olah raga, makanan, buku atau lainnya? Umumnya yang terjadi
adalah antusiasme, senang, nyaman, dan lebih cair suasananya.
Ketika
berinteraksi dengan orang lain kita cenderung mencari persamaan,
mencari-cari apa yang sama dengan kita. Misalnya jika kita bertemu
dengan penganut agama lain, kita lebih suka mencari persamaanya seperti
ada Tuhannya tidak, ada surganya tidak, ada Nabinya tidak dan akhirnya
kita puas dengan mengatakan, ternyata ada juga, sama dengan agamaku dan
ternyata ajarannya sama mengajarkan kebaikan.
Kesamaan yang
demikian seakan dapat menambah kebahagiaan dan keharmonisan dalam
menjalin suatu hubungan maupun komunikasi. Hidup bersama dalam sebuah
persamaan mungkin lebih mudah, kelihatan lebih harmonis, rapi, selaras
dan tertata.
Bagaimana yang
terjadi pula jika yang terjadi pada kita adalah bertemu dangan sesuatu
yang mempunyai perbedaan, yang tidak sama dengan kita? Masihkah kita
merasa nyaman, enjoy, senang dan antusias? Kebanyakan akan sebaliknya
tidak nyaman, kurang respek dan tidak antusias. Ketika bertemu dengan
sesuatu yang berbeda agak sulit kita untuk menerimanya.
Kecenderungan
untuk mencari persamaan menimbulkan ketidaknyamanan menerima perbedaan
sehingga terkadang ada usaha untuk memaksakan sehingga ada persamaan
seperti memaksakan kesamaan hobi, kesamaan selera, kesamaan identitas
dan sebagainya. Celakanya satu sama lain ingin memaksakan supaya sama
sehingga tidak jarang terjadi konflik baik fisik maupun bathin.
Inilah yang
terjadi baru-baru ini di beberapa daerah di Indonesia. Banyak tragedy
antar saudara sesama yang dipicu karena perbedaan. yang terjadi sekarang
ini banyak orang yang kurang menyadari perbedaan yang ada, terutama
perbedaan yang sangat kentara di masyarakat adalah yg menyangkut SARA.
Orang akan sangat sensitif dengan segala hal yang kurang sejalan dengan
paham yang mereka anut.
Yang begitu
memprihatinkan adalah kejadian di Cikeusik, Pandeglang dan di
Temanggung, Jawa Tengah. Ini adalah gambaran nyata dari sebuah sikap
kerdil dalam menyikapi perbedaan. Sungguh sangat memprihatinkan. Mengapa
saat menghadapi perbedaan, amarah dan kekerasan lah justru yang sering
dikedepankan? Tak ingatkah kita, bahwa yang berbeda itu adalah saudara
kita sendiri?
Manusia
Indonesia masa kini sepertinya lupa atau mungkin sengaja lupa tentang
sejarah masa lalu. Bukankah Indonesia merdeka karena perjuangan seluruh
pejuangpejuang dari berbagai pulau,
Indonesia
tidak hanya dimerdekakan oleh pejuang Jawa, Indonesia tidak hanya
dimerdekakan oleh suku Dayak, Indonesia tidak dimerdekakan oleh pejuang
Papua. Persatuan itu, lambat laun mulai kabur - temaram - buram, hal ini
dibuktikan dengan mudahnya terjadi konflik antar masyarakat. Dan yang
sangat disayangkan konflik itu dikarenakan adanya perbedaan keyakinan.
Sungguh sangat disayangkan mengingat kita adalah warga negara yang
diberi kebebasan oleh Pancasila untuk memeluk agama kita masing-masing.
Negara
Kesatuan Rebulik Indonesia, adalah sebuah negara yang penuh dengan
perbedaan. Mulai dari perbedaan agama, bahasa daerah, tarian daerah,
rumah tradisional, lagu daerah, alat musik tradisional, pakaian daerah,
adat istiadat, maupun suku. Jika dihitung, Indonesia memiliki 740 jenis
suku yang berbeda dan Indonesia adalah Negara dengan jumlah suku
terbanyak di dunia. Semestinya kita bangga yang tak terkira dengan
kekayaan dan keanekaragaman di Negara kita ini. Perbedaan ini sudah
berlangsung dari ratusan tahun bahkan abad yang lalu. Saat pendiri
bangsa ini, selalu meneriakkan slogan “Bersatu kita Teguh, bercerai kita
runtuh”.
Apakah kita
begitu saja melupakan slogan bermakna itu? Indonesia berhasil merdeka
karena mereka, para pahlawan, menyingkirkan segala perbedaan yang ada,
egoisme, nafsu amarah mereka dan kemudian bersatu dan berkorban merebut
kemerdekaan.
Membicarakan
konflik dan penyebab konflik tanpa kita melakukan sesuatu, rasanya kita
seperti penonton sepak bola, yang hanya akan bersorak ketika jagoan kita
berhasil membobol gawang lawan. Jika kita hanya menempatkan diri kita
sebagai penonton, maka kita-pun harus bertanya pada diri kita
masing-masing, masihkah kita
mencintai
Indonesia dengan segala perbedaan yang ada? Masihkah kita memiliki rasa
cinta kepada saudara-saudara kita se-bangsa dan se-tanah air? Pun jika
kita berkata Iya, apakah rasa cinta kita harus diwujudkan dengan
berpihak kepada salah satu yang bertikai atau berdiri ditengah-tengah?
Saya tidak memilih kedua-duanya, karena saya tidak ingin masuk dalam
sebuah konflik yang saya tidak sungguh-sungguh tahu apa yang sedang
terjadi.
Saya lebih
memilih untuk bersama-sama dengan saudara-saudara sebangsa dan setanah
air memperjuangkan kembalinya persatuan dan kesatuan di bumi Indonesia
agar damai dan tentram bisa kembali kita rasakan dengan hidup
berdampingan dalam perbedaan.
Pemerintah
sendiri seolah terlena, pemerintah seolah sudah terbiasa menyeselaikan
masalah dengan lamban. Akhirnya, masyarakat yang sudah berada pada titik
nadir, kerap kali “berinisitiaf” untuk selalu menyelesaikan sendiri
setiap permasalahan sosial yang ada. Tetapi sayang seribu sayang, jalan
yang selalu ditempuh adalah dengan kekerasan. Masyarakat seolah tidak
peduli lagi dengan aparat keamanan, aparat penegak hukum dan
aparat-aparat terkait lain nya. Ada apa dengan Negara ini?
Bagaimana kita
akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang maju kalau kondisi tubuh
kita sendiri sudah remuk redam di dalamnya. Kemana ketegasan pemerintah?
Seharusnya, Bhinneka Tunggal Ika, semboyan negara kita yang terpampang
ditubuh Garuda Pancasila, yang memiliki arti Berbeda-beda Tetapi Tetap
Satu Jua, selalu mengingatkan kita Bangsa Indonesia yang penuh dengan
perbedaan tetapi tetap bersatu dalam perbedaan itu.
Kita tidak
akan mampu untuk menghindari perbedaan karena kehidupan ini sendiri
selalu diwarnai dengan perbedaan, ada siang ada malam, ada baik ada
buruk, ada positif ada negatif, ada laki-laki ada perempuan, dan masih
banyak yang berbeda. Selalu ada perbedaan dalam tiap-tiap sisi
kehidupan. Perbedaan adalah sebuah realita yang tidak mungkin kita
ingkari, dan sulit untuk kita seragamkan, jadi mesti bagaimanakah kita
menyikapi perbedaan? Mampukah kita menyikapi perbedaan itu, menerimanya
dan menjadikan perbedaan sebagai sebuah kewajaran?
Dengan adanya
perbedaan seharusnya kita jauh lebih mampu melihat dan merasakan arti
sesuatu, mampu melihat indahnya dan manfaatnya perbedaan itu, namun
sejauh arti perbedaan itu dipandang secara dangkal, maka selama itu pula
manusia tidak akan pernah tahu makna dibalik perbedaan yang
sesungguhnya. Perbedaan bukanlah suatu hal yang harus dihindari dalam
hidup, tetapi harus dihadapi dengan penuh pengertian.
Tuhan
menciptakan manusia berbeda-beda karena alasan-Nya. Yaitu, agar kita
bisa bersatu dalam perbedaan itu dan menerima kekurangan orang lain.
Perbedaan itu indah. Itulah yang bisa saya katakan. Saya bangga dengan
Indonesia karena perbedaannya. Tak ada satupun negara yang ada di dunia
ini yang memiliki perbedaan sebanyak yang ada di Indonesia.
Keindahan itu
tidak selalu terwujud dari kesamaan tetapi tak jarang yang beda itu juga
melahirkan keindahan apabila kita ikat perbedaan itu dengan hati yang
bersih. Maka dari itu, untuk menciptakan hubungan yang nyaman adalah
dengan cara memahami, menyadari, memaklumi, memaafkan dan memperbaiki.
Karena kalau kita sudah menyadari dan memahami serta memaklumi perbedaan
dari orang lain maka akan dengan mudah kita memaafkan apa yang salah
dan tidak sesuai dengan diri kita.
Kita tidak
berusaha merubah orang lain menjadi seperti diri kita tapi kita harus
mulai dengan memperbaiki sikap diri kita yang terlalu egois dengan orang
lain. Dengan hati yg bersih kita belajar untuk menerima apa yang
diciptakan Allah, karena apapun itu adalah yang paling sempurna.
Kita adalah
generasi bangsa Indonesia, kita memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Kita memiliki kewajiban mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia diatas segala perbedaan diantara kita. Kita kokoh karena
perbedaan dan Beda itu Indah! Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh!
Ditulis oleh : Andrie Herlina Riza
sumber: http://www.malanesia.com/2013/05/bersatu-kita-teguh-bercerai-kita-runtuh.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+malanesia%2FHMnf+%28MALANESIA-POS%29&utm_content=FaceBook