Bekas Setrum Pada Leher Alvares (Jubi/Aprila) |
Jayapura,
4/4 (Jubi) – Alvares Kapissa dan Yali Wenda, dua mahasiswa Universitas
Cendrawasih (Uncen) yang ditangkap polisi sejak Rabu (2/4) kemarin
karena memimpin demonstrasi pembebasan Tahanan Politik Papua, mengaku
luka berat karena disiksa polisi. Bukan hanya itu, keduanya mengaku juga
disetrum.
“Kita
di atas truk, ditendang, dipukul dengan rotan, senjata, tameng dipakai
untuk tindis-tindis (menindih-red) kita,” ungkap Yali Wenda kepada
tabloidjubi.com di Waena, Jayapura, Jumat (4/4) petang.
Masih
di atas truk itu juga, ungkapnya lagi, dia bersama Alvares disetrum
bergantian sampai tiba di Polresta. “Sampai di sana sekitar setengah
jam, kami berdua duduk saja dalam keadaan kesakitan,” kata mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial (FISIP) Uncen itu.
Selanjutnya,
kata dia, polisi meminta melepas jas almamater yang mereka pakai dan
sudah penuh noda darah, lantas menggantinya dengan baju baru yang sudah
disediakan.
Polisi mencuci jas almamater kuning itu dan mengembalikannya pada saat keduanya akan keluar.
Dia
melanjutkan, dia dan rekannya itu berbaring sekitar satu jam di sel.
Tak lama dari situ ada dokter perempuan yang datang membersihkan
luka-luka keduanya, termasuk menjahit telinga Yali yang sobek tanpa
bius.
Keesokannya, sekitar pukul 08.00 – 11.00 WIT, keduanya kembali dimintai keterangan. Dan baru pada pukul 12.00 dibebaskan.
Alvares
Kapissa, menambahkan, dia diciduk oleh Kabagops Polresta sebelum sempat
mengatakan apapun, sebelum akhirnya diangkut ke truk. Dia juga mengaku
dipukuli di bagian wajah oleh satu orang anggota polisi berpakaian
preman.
“Waktu
akan dipaksa naik dengan didorong, seorang polisi memegang kemaluan
saya sambil ditendang. Jari-jari kaki diinjak dengan sepatu. Luka kecil
di kaki Yali yang kelihatan, polisi bilang ini luka ka? Langsung mereka
tusuk dengan bambu dan putar-putar luka itu. Saya juga disetrum
bergantian dengan Yali,”ungkap Alvares yang tercatat sebagai mahasiswa
fakultas kedokteran Uncen itu.
Alvares
membantah pernyataan polisi yang mengatakan keduanya ditahan setelah
terjadi pelemparan kepada polisi. Menurutnya, dia bermaksud kordinasi
dengan polisi karena truk yang disediakan pihak universitas untuk
mengangkut mahasiswa yang hendak berdemo ada di sekretariat BEM Uncen.
Namun belum sempat dia berbicara, polisi langsung membekapnya dan
menaikkan mereka di atas truk polisi. Di atas truk itu, kata Alvares,
ada sekitar 10 orang polisi yang memukul keduanya.
”
Setelah saya di atas truk baru ada yang lempar. Kita juga tidak tau
siapa yang lempar-lempar itu. Jadi mereka tahan kami dulu baru ada yang
lempar. Bukan karena ada yang lempar, akhirnya mereka tangkap kami.”
kata Alvares.
Kedua mahasiswa ini dilepaskan dari tahanan polisi karena tidak terbukti melakukan pelemparan kepada polisi. (Jubi/Aprila)Sumber : www.tabloidjubi.com