Bentrok KNPB, Murni Skenario Polda Papua

Rabu, 04 Desember 2013



Bentrok di Expo Waena (26/11) jelas-jelas merupakan setingan Polda Papua dan Polresta Jayapura. Skenario ini lasim digunakan untuk mendegradasi gerakan perlawanan damai rakyat Papua yang dimotori KNPB. Fakta di lapangan membuktikan bentrokan itu sudah direncanakan oleh Polisi. Wakapolresta Jayapura, Kompol Kiki Kurnia dengan jelas menyampaikan kepada KNPB, sehari sebelum bentrokan, bahwa mereka dilatih dan ditugaskan untuk bentrok. 


Selama 5 tahun KNPB menggelorakan perlawanan damai dan bermartabat, selama itu Jakarta melalui Polda Papua berupaya menghancurkan gerakan sipil ini. Polisi yang dibantu media terus menyudutkan aktivitas damai KNPB. Banyak anggota dan pimpinan KNPB dipenjarakan, bahkan dibunuh tanpa proses hukum. Pimpinan KNPB Mako Tabuni dan Hubertus Mabel dibunuh Polisi tanpa pembuktian hukum di Pengadilan. Puluhan lainnya terbunuh dalam demo damai.

Sekalipun begitu, KNPB tidak terhasut dan terprovokasi untuk melakukan kejahatan. KNPB terus berkomitmen pada aksi damai  bersama rakyat Papua. KNPB menghargai polisi sebagai fungsi keamanan sehingga Surat Pemberitahuan tentang rencana demo selalu dilayangkan ke Polda, Polresta dan Polres di tanah Papua. Pengalaman membuktikan, demo KNPB yang tidak diblokade Polisi selalu berjalan aman dan damai hingga selesai.

Polisi melalui Kapolda Papua, Tito Karnavian telah ditugaskan untuk menghancurkan dan membunuh pimpinan KNPB, sehingga Pola yang digunakan adalah mengkriminalisasi demo damai. Bentrokan di Expo diciptakan untuk membunuh Buchtar Tabuni (Ketua PNWP) yang memimpin aksi. Polisi sudah prediksi bahwa bila massa pendemo dibubarkan paksa maka akan terjadi bentrokan, dan pada saat itu Polisi berkesempatan menembak mati atau menangkap Buchtar Tabuni dan aktivis KNPB lainnya.

Atau, bila tidak terjadi, Polisi sengaja menyusupkan orang-orang bayarannya dari milisi sipil bentukan Indonesia untuk membunuh rakyat sipil. Dengan demikian korban rakyat sipil dijadikan alasan untuk memburu dan menembak Buchtar Tabuni dan Juru Bicara KNPB, Wim Rocky Medlama.

Pola ini berhasil digunakan saat bentrokan 16 Maret 2006 di Uncen Padang Bulan. Waktu itu Freeport Indonesia membayar Polda Papua melalui Paulus Waterpau untuk menghancurkan demo tutup Freeport. Paulus Waterpau berhasil mengorbankan 5 aparat Polisi dan menghancurkan gerakan damai rakyat yang dikoordinir Front Pepera PB dan Parjal. Atas keberhasilan itu, Paulus Waterpau diangkat menjadi Ditreskrim Polda Papua dan dianugerahi pangkat Brigradir Jenderal.

Saat ini Paulus Waterpau berambisi untuk menjadi Kapolda Papua atau Papua Barat nanti. Sedangkan Kompol Kiki Kurnia berambisi untuk jadi Kapolresta Jayapura. Kiki Kurnia sendiri telah diberikan penghargaan dan kedudukan sebagai Wakapolresta setelah berhasil ciptakan bentrokan KNPB pada 13 Mei 2013 lalu, dimana ketua Umum KNPB Victor Yeimo ditangkap dan puluhan aktivis dipukul hingga salah satu Mahasiswa pata tangan.

Pada aksi 1 Desember 2012, Kiki Kurnia di depan massa pendemo, sebelum bentrok di depan Rumah Sakit Dian Harapan, Waena juga menyampaikan dengan jelas bahwa “kami sudah siap bentrok”. Nampaknya, taktik bentrok itu sengaja dibuat dan merupakan suatu perintah dari Kapolda dan Wakapolda Papua.

Kini, Polisi memburu Buchtar Tabuni dan Wim Rocky Medlama. Ini akan menjadi proyek segar bagi kepolisian untuk mengumpulkan pundi-pundi serta kesempatan untuk promosi jabatan.  Ini akan menjadi kesempatan untuk membunuh Buchtar Tabuni, sama seperti pola kriminalisasi yang digunakan oleh Polisi dalam pembunuhan Mako Tabuni dan Hubertus Mabel.

Bagi Polisi, mengorbankan rakyat sipil yang tidak berdosa pada saat bentrokan adalah sesuatu yang menguntungkan, karena hal itu akan digunakan untuk mengkriminalisasi aktivis dan gerakannya. Polisi membayar media lokal dan nasional untuk ikut mendukung proyek Polisi ini. Media cetak Cederawasihpos, media elektronik seperti RRI, TV dan lain-lain ikut membenarkan fitnaan Polisi pada KNPB. 

Makanya, 6 orang yang dibunuh Polisi saat aksi demo kemarin tidak diliput oleh media.

Kekerasan di Papua diciptakan dan dipelihara oleh Polisi. Perjuangan dengan cara-cara damai ditolak oleh negara melalui TNI/Polri di Papua. Tapi, rakyat Papua terus berada pada perlawanan damai dan bermartabat.

Sumber :  knpbnews.com
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar :

Posting Komentar