Dari kiri, Nicolas Degey, John Gobay dan Agust Kadepa (Jubi/Mawel Benny) |
Jayapura, Jubi;SBT – Otoritas
Dewan Adat Papua (DAP) wilayah Paniai mengatakan pelaku penembakan sepuluh
orang muda di Kotubado, Ugapuga, Distrik Kamuu Timur, Kabupaten Dogiyai, (25/6)
lalu bukan Orang Tak Dikenal (OTK) melainkan aparat negara yang tidak dikenal
identitas yang mendatanggi lokasi mengunakan mobil Avansa hitam. Aparat Negara
yang mendatangi lokasi diduga kuat dari post Waghete.
Ketua Dewan Adat Paniai
John R. Gobay menjelaskan kronologis kejadi pada 25 Juni 2015 Pukul: 18.30 WP
(6.30 malam) itu. Katanya, kepada Jubi, Selasa (30/6), sepuluh pemuda yang
menjadi korban penembakan itu membawa seekor anjing untuk berburu tikus di
dekat pagar kebun yang tidak jauh dari pinggir jalan raya Nabire-Paniai.
Sepuluh pemuda itu mendapat 10 ekor tikus rumput kemudian jalan pulang.
Sepuluh pemuda itu sampai
di Kotubado, anjing mereka lari ke arah jalan. Saat berada di Jalan Raya, truk
yang melintas dengan kecepatan tinggi menabrak anjing. Setelah menabrak, truk
yang tidak diketahui identitas pengendara itu menambah kecepatan menuju ke
Tigi, Kabupaten Deiyai. Karena anjing mereka ditabrak, sepuluh pemuda tersebut
mengadakan pemalangan di Kotubado, Ugapuga, Distrik Kamuu Timur, untuk menagih
ganti rugi.
“Mereka melakukan
pemalangan di jalan Trans Papua, Nabire – Enarotali pada pukul 20.00 WP (8.00
malam) persisnya di Kotubado, Desa Ugapuga, Distrik Kamuu Timur, Kabupaten
Dogiyai. Setiap kendaraan roda empat yang lewat, mereka menagih satu mobil Rp
20.000 sampai Rp 50.000. Mereka berhasil menagih kendaraan roda empat sebanyak
enam mobil, karena pada malam hari, kendaraan roda enam kurang lancar. Enam
orang sopir dari enam kendaraan roda empat yang membayar kepada pemuda yang
palang,” ujar Gobay.
Kata Gobay, ada dugaan,
mereka yang merasa dirugikan lapor ke aparat Kepolisian Sektor Tigi Waghete,
KORAMIL atau Sat BRIMOB. Entah itu salah satu sopir atau aparat yang ikut dalam
salah satu mobil atau truk yang menabrak anjing yang melaporkan kepada aparat
keamanan. Aparat yang menerima laporan diduga langsung menuju ke tempat
Kejadian Perkara (TKP), di Kotubado, dengan mengunakan mobil Avansa warna
Hitam.
Setelah di TKP pada pukul
22:00, aparat berhenti di depan para pemuda yang melakukan pemalangan. Yoteni
Agapa salah satu korban tidak takut dan gentar berdiri di pintu bagian kiri
(dari arah mobil) sedangkan Melianus Mote berdiri di depan pintu Sopir (di
sebelah kanan dari arah Mobil). Korban mengatakan semua yang ada dalam taksi
Avansa itu seluruhnya orang non Papua membawa senjata. “Mereka semua bawa
senjata keluar dari mobil tembak kami,” kata saksi yang tidak sebutkan nama
ini.
Aparat itu pertama kali
menembak Yoteni Agapa yang berdiri di pintu mobil bagian kiri dengan dua kali
tembakan, di bagian dada. Yoteni yang tertembak berusaha lari menyelamatkan
diri ke atas, ke arah Gunung Iyadimii. Aparat yang tidak membiarkan Agapa lari.
Apara mengarahkan tembakan yang ketiga dan keempat kali mengenai tangan kanan.
Agapa terus memaksakan diri berlari sepanjang sekitar 20 meter dari tempat
kejadian dan Yoteni jatuh di tengah jalan raya.
Katanya, aparat keamanan
yang tembak Yoteni lari menuju tempat Yoteni jatuh. “Mereka mengurung Yoteni
yang sudah jatuh mati itu. Mereka menendang korban. Mereka juga memukul korban
dengan popor senjata walaupun korban sudah mati. Setelah itu, korban ditikam lagi
dengan pisau sangkur di lubang, di mana peluru masuk ke dalam tubuh Korban,
akibatnya, lubang luka tembakan di dada membesar,” ujar Gobay.
Kemungkinan, pelaku
melakukan penikaman terhadap korban dengan sangkur di luka tembak dengan tujuan
untuk menghilangkan luka tembak di dada itu. Tetapi upaya itu tidak berhasil
lantaran selonsong peluru yang berhamburan di lokasi kejadian. Kata Gobay,
Yoteni jatuh kurang lebih 20 meter dari tempat kejadian pertama.
“Ini bisa benar, jika
dilihat dari keterangan di Harian Bintang Papua, Hal 1 Edisi, Senin, 29 Juni
2015, yang menyebutkan Tim temukan 37 Selongsong Peluru Kaliber 5. 56 di TKP.
Katanya, saat Agapa
ditembak, Melianus Mote berdiri di pintu keluar Sopir. Karena Yoteni ditembak,
maka, Melianus Mote lari menyelamatkan diri. Saat dia lari ada benda yang kikis
tangan kanannya. Tidak lama, kedua tangan kanannya`pedis lalu, Ia meraba
tangannya, tangannya basah, lalu Melianus Mote merasa dirinya juga dapat tikam
dengan sangkur. Melianus menduga dirinya ditikam sang sopir.
Lalu, delapan pemuda
lainnya, saat kejadian lari menyelamatkan. Ada yang lari masuk kali dan ada
yang lari ikut jalan raya menuju ke bagian Ugapuga. Korban yang menyalamatkan
diri ini menduga pelaku penembakan aparat keamanan. “Kami ditembak bukan dari
OTK tetapi kami ditembak oleh Polisi Brimob yang datang dari Waghete. Mereka
menembak Kami Masyarakat asli Papua. Semua Polisi itu adalah orang pendatang
yang menembak Yoteni Agapa mati di tempat,” ungkap Gobay meniru ungkapan
korban.
Kata Gobay, pukul: 22.30
WP (10.30 Wp Malam), Masyarakat Ugapuga yang mendengar Polisi (Brimob) Menembak
Mati Yoteni Agapa di tempat kejadian. Masyarakat mengevakuasi mayat dan mencari
barang bukti. Masyarakat menemukan selongsong peluru dengan kode pin :
PT.PINDAD 556 dan masyarakat raba-raba tubuh korban. Masyarakat menemukan luka
tembak di dada dan tangan. Masyarakat raba-raba tangan menemukan benjolan.
“Masyarakat belah
tangannya, lalu mengeluarkan dua proyektil peluru dari dalam tangan kanan dan
murni timah panas itu. Pukul 24.00 WP (12 00 wp malam) Mayat Yoteni Agapa
dievakuasi ke kampung Halamannya di Kampung Jigiugi, Desa Ugapuga”.
Indentitas Korban .
Pertama, Yoteni Agapa (19) pelajar SMP Negeri Boduda, kelas 3, di Distrik Kamuu
Timur Kabupaten Dogiyai, Papua dan kedua Melianus Mote (21) Pelajar SMP Negeri
Boduda, baru Tamat. Korban yang diduga terluka, atas nama Podepai Agapa (14),
Yulius Agapa (17), Yunias Agapa (16), Feri Goo (15), Neles Douw dan Menki
Agapa, Leo Agapa, Eratinus Agapa.
Walaupun belum bisa
dipastikan pelakunya, berdasarkan kronologis dan keterangan saksi di atas,
Dewan Adat Paniyai, John Gobay, bersatu Untuk Kebenaran (BUK), Papua Peneas
Lokbere dan KONTRAS Papua, Olga Hamadi mengatakan “pertama, berdasarkan
informasi yang kami terima ada dugaan bahwa Aparat Keamanan adalah Pelaku
Penembakan di Ugapuga bukan OTK hal ini diduga berdasarkan jumlah selonsong
peluru yang ditemukan di TKP.
Kedua, kepala Kepolisian
Daerah (KAPOLDA) Papua dan Panglima Daerah Militer (PANGDAM) segera
mengklarifikasi siapa dan mengakui pemilik Kode Selongsong Peluru PT. PIN 556
dan 37 Selongsong peluru yang ditemukan di TKP.
Ketiga, berdasarkan
beberapa kasus yang terjadi di Wilayah MEEPAGO, yang terindikasi keterlibatan
Aparat keamanan masih bertindak sangat represif dalam menghadapi orang
Papua.Maka kami minta TARIK BRIMOB dan TIMSUS dari Wilayah MEEPAGO”. (Mawel
Benny)
Sumber : Jubi